Merangkai kata diantara celah batu sunyi yang menghimpit tubuh ini aku ingin bercerita pada dunia khayal ini bahwa aku sedang berusaha untuk membunuhnya. Dia yang selalu mengikutiku melangkah, menjadi bayangan kedua diantara bayangan lainnya karena dia adalah musuh ku.
Menyelinap-mengendap diantara kuku jari ini disaat panas membakar kulit, tak hentinya berkata seharum bunga pada jalan sesat. Aku tetap tidak akan terbujuk karena aku telah memegang sebuah gergaji untuk memotongmu, membelahmu menjadi dua bagian walaupun kau berteriak…arrrrgggghhh….aku tetap tidak akan peduli padamu.
Kejamkah aku…?
Tidak, aku tidak kejam…
Aku rasa itu sudah pantas aku lakukan padanya, ia selalu mengencingi telingaku disaat fajar menyingsing dan diwaktu-waktu lainnya sehingga aku tidak sempat untuk mendengar panggilan menuju kemenangan.
Dia berdalih agar aku tetap mengikutinya melangkah dijalan indah penuh kesenangan dunia, dia ingin menjadi temanku dalam dusta, dalam gibah dan Namimah mencaci, memaki, memfitnah segala hal yang lewat didepan mata.
Kini aku berusaha untuk mencekik lehernya yang penuh dengan kebohongan itu dengan tali-Nya dan bersujud pada tuhanku agar badanmu terasa panas dingin, ingin rasanya segera kubelah tubuh itu dengan gergaji yang ku genggam ini, namun semua belum bisa aku lakukan sekarang karena 70.000 anakmu akan menyerangku dalam sekejap mata, menikam dari atas bawah kiri kanan bahkan dari dalam tubuh ini…apa yang harus kulakukan untuk lepas darinya…?
Aku yang tadinya diatas angin kini berbalik menjadi tersungkur didepannya…dia berdiri menatapku tajam dengan mata yang cacat sebelah dan tertawa terbahak….terlihat semakin jelas taringnya yang mirip taring babi mencuat keluar….haus akan darah dari kami yang masih goyah.
Aku semakin bingung kemana aku harus lari atau aku bunuh saja semua…? Padahal mereka ditangguhkan mautnya sampai akhir zaman…apa yang harus ku lakukan…?
Satu persatu senjataku hilang, bahkan kuda yang kutunggangi untuk meremukkan tulang punggungnya kini telah pergi…aku semakin terpojok dicelah batu diantara bukit gelap
Dia memberikan pilihan padaku untuk mengikutinya atau tetap menjadi musuhnya….
Jika aku ikut dengannya, maka segala cahaya ini akan redup berbaur dengan gelimang nikmat dunia tapi jika aku memilih untuk menjadi musuhnya maka ia akan lebih menusuk hati ini dan mengalir di setiap urat syaraf melalui darah hitam…akupun memilih diam…
Samar-samar aku mendengar lantun merdu Kalamullah, nyaring lembut meresap dalam kalbu, tiba-tiba mereka semua meleleh dan mencair bagai tersiram timah panas, tak ada yang tersisa..aku kaget dan gembira ternyata lantunan itu datang dari belahan jiwaku yang sedang bersimpuh dihadapan-Nya melantunkan Kitabullah dan menolongku menggapai cahaya kembali…terbebas dari selimut kelam yang di sadurkan oleh setan…mereka adalah Iblis Laknatullah…
Terimakasih Permataku…
Terimakasih Bintangku…
Aku mencintaimu…
7 komentar:
Jika datang cahaya, sirnalah kegelapan. Cerita yang mengandung hikmah. Syukran.
artikel yg bagus,sungguh menyejukkan hati,semoga kita selalu dalam cahayaNya.syukran.
banyak hikmah dari artikel sobat, thanx ya
Qulub (hati) yang selalu mengingat Allah menjadikan hati yg bersih, dan akan memancarkan sinar keimanan padaNya. Mari kita perbanyak menyebut AsmanYa didalam hati, karena Syaiton tidak akan mampu menggerayangi tubuh hambaNya yang selalu ingat kepadaNya..share yg bermanfaat mas, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya, amin
waah puisinya mantap bener gan , menyentuh sekali di kalbuku
artikel bermanfaat nih sob , sangat bermanfaat sekali
sangat menyentuhkan hati.
marilah kita menjaga hati kita agar tetap bersih
Posting Komentar
Mohon Komentar Dari anda untuk mempererat persaudaraan kita...
saran, kritik dan spam akan saya anggap sebagai salah satu cara mempererat silaturahmi kita
Terimakasih